Selasa, 17 Februari 2009

Hastha Brata 8 Sifat Utama Seorang Pemimpin.

Masa reformasi ini kita menjadi sangat biasa mendengar kata pemilu. Di mana - mana dilakasanakan pemilu dari Pimilihan presiden, gubernur, walikota, bupati bahkan oleh karena pemilu sedang populer pemilu dilakukan sampai dengan tingkat RT dan RW. Satu tujuan pemilu adalah untuk memilih pemimpin. Dalam alam demokrasi diyakini bahwa melalui pemilihan umumlah akan diperoleh pemimpin yang baik karena prosesnya melibatkan unsur - unsur masyarakat yang akan dipimpinnya.


Untuk menjadi pemimpin yang baik, banyak orang berguru ke negeri orang sebab mereka dianggab lebih maju, lebih baik dan lebih pintar. Cara lain adalah mendatangkan orang asing untuk memberi seminar/pelatihan. Mengapa kita selalu melihat ke tempat yang jauh, negeri orang. Apakah di tanah air kita tidak ada nilai - nilai luhur yang bisa memandu seseorang untuk menjadi pemimpin yang baik? Banyak. Ada banyak sekali nilai - nilai luhur yang jika digali dan diaktualisasikan bisa memandu seseorang menjadi pemimpin yang hebat. Salah satu adalah ajaran Hastha Brata.

Ajaran Hasta Brata mengajarkan kepada setiap orang yang menjadi pemimpin hendaknya memiliki 8 watak/sifat keutamaan seturut alam. 8 watak/sifat tersebut adalah :
1. Mahambeg Mring KismoSebagai seorang pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti Bumi. Bumi itu sabar, memberi kepada sipapun, menumbuhkan, merubah busuk menjadi subur, tempat membuang segala hal baik ataupun buruk.
2. Mahambeg Mring Warih
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti air. Air memberi kesejukan, ketentraman, selalu turun/mengarah ke bawah.
3. Mahambeg Mring Samirana
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan Angin. Angin selalu ada di mana - mana di setiap tempat, adil tidak membeda - bedakan, angin memberikan rasa nyaman/kesejukan.
4. Mahambeg Mring CandraSebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat sifat keutamaan seperti Bulan. Bulan mampu mberikan penerangan secara lembut, memberi keindahan, adil bagi semua orang.
5. Mahambeg Mring Surya.
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti Matahari.Matahari Memberi penerangan, sinarnya menghidupkan, ada ketegasan dan adil.
6. Mahambeg Mring SamodraSebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti Laut/Samudra. Laut/Samudraluas bak tak bertepi, demikian juga hati dan pikiran pemimpin. Laut menerima apapun yang dibuang manusia ada kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas.
7. Mahambeg Mring Wukir
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti Gunung. Gunung mempunyai sifat yang kuat, kukuh, konsisten, indah.
8. Mahambeg Mring Dahana.
Sebagai pemimpin diharapkan memiliki sifat - sifat keutamaan seperti Api. Api mampu membakar, tegas namun juga bisa hangat.

Cetak Halaman Ini

Senin, 16 Februari 2009

Lagu Jawa Suriname

Lagu - lagu ciptaan saudara - saudara di Suriname ternyata sangat kreatif dan unik. Anda bisa menikmati salah satu lagu mereka di bawah ini. Judul lagunya Ngapuro yang menyanyikan namanya mbakyu Rinette Tasleman. Nikmat juga di telinga. Selamat mendengarkan!





Jika kita masuk lebih dalam pada lagu - lagu mereka akan terasa sangat menarik. Perpaduan bahasa jawa yang terdengar kuno kadang - kadang diselingi bahasa Belanda dengan pengucapan logat Belanda memang terasa unik. Kita bisa mendapatkan cukup banyak lagu pop jawa Suriname melalui layanan You Tube.

Cetak Halaman Ini

Sabda Pandita Ratu dan Bawalaksana.


Dalam dunia orang Jawa kita mengenal adanya ungkapan etika yang berbunyi "Sabda pandhita ratu, tan kena wola - wali" dan "Berbudi Bawalaksana". Dalam pengartian bebas ungkapan Sabda pandhita ratu tan kena wola - wali dapat diartikan ucapan pendeta/raja, tidak boleh diulang dan berbudi bawalaksana dapat berarti mempunyai sifat teguh memegang janji, setia pada janji atau secara harafiah bawalaksana dapat juga diartikan satunya kata dan perbuatan.

Dua ungkapan luhur, yang mengingatkan kepada setiap orang akan pentingnya Kesetiaan. Setia dengan apa yang telah dipilih, setia dengan apa yang diucapkan, dan dijanjikan seberapapun berat resiko yang harus ditanggung oleh pilihan itu.

Dalam dunia pewayangan ada cukup banyak kisah yang melukiskan sikap tersebut. Salah satu contohnya adalah kisah saat prabu Dasarata akan mewariskan tahta kerajaan kepada keturunannya. Di ceritera prabu Dasarata mempunyai empat orang anak yaitu Rama, Bharata, Laksamana dan Satrugna. Dari keempat saudaranya, Rama adalah anak tertua yang dilahirkan oleh istri pertamanya yang bernama dewi Ragu atau dewi Sukasalya, paling pandai dan bijaksana juga berpengalaman. Maka sudah wajar jika kemudian prabu Dasarata meletakkan harapan, anaknya tertua tersebut kelak yang akan melanjutkan tahtanya. Namun ternyata ada satu hal penting yang telah dilupakan oleh prabu Dasarata bahwa ia pernah berjanji kepada istrinya yang lain yaitu dewi Kekeyi, bahwa dari keturunannyalah kelak tahta akan diwariskan. Diceritakan saat prabu Dasarata diingatkan oleh dewi Kekeyi menjadi sangat sedihlah hantinya. Hatinya hancur lebur oleh kesedihan. Sebagai raja yang besar, ia tahu tidak boleh mengingkari apa yang telah diucapkan/dijanjikan pada masa lalu. Tidak boleh! Betapapun beratnya. Maka dengan segala kesedihannya ia menyerahkan tahta kerajaan Ayodya kepada Bharata kemudian ia meninggal dalam kesedihannya itu.

Selain kisah prabu Dasarata ada kisah - kisah lain yang menggambarkan situasi sulit oleh pilihan sikap tan keno wola - wali dan bawalaksana. Misalnya kisah prabu Sentanu Raja muda dari Astina yang memperistri seorang bidadari yaitu Dewi Gangga. Dewi Gangga bersedia menjadi istrinya dengan syarat prabu Sentanu tidak boleh mencampuri, apalagi mencegahnya apapun yang dia lakukan. Oleh karena keterikatan pada janji maka saat anaknya yang baru lahir dibuang selalu dibuang ke sungai Gangga, prabu Sentanu tidak dapat berbuat apa - apa. Ada banyak kisah lain misal Adipati Karno yang tetap membela Kurawa saat perang Baratayuda, walaupun ia tahu kurawa salah dan pandawa adalah adik tirinya. Karna terikat janji dengan Duryudana bahwa ia akan selalu membelanya. Dan masih banyak kisah lainnya.

Ucapan atau janji memang berat. Maka setiap orang dituntut untuk selalu memikirkan secara jernih dan bijak apapun dan dalam situasi apapun sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulut kita bijak pula. Ada ungkapan lain berbunyi "Orang yang dipegang adalah ucapannya". Artinya jelas, salah satu hal yang paling berharga dalam diri seseorang adalah ucapan. Seberharga apakah kita tergantung sejauh mana setiap ucapan yang keluar dari mulut kita menjadi kebenaran. Inilah sikap tan kena wola - wali dan bawalaksana. Satunya kata dan perbuatan.

Cetak Halaman Ini

Selasa, 10 Februari 2009

ELING Petuah untuk bersikap bijak.

Banyak petuah dalam masyarakat jawa menggunakan kata Eling. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesis Edisi ketiga ( Balai Pustaka 2002) Eling berarti berpikir sehat; bijaksana ; pantas ; ingat akan Tuhan Yang Maha Esa. Bermakna sangat luas jauh melebihi dari apa yang kita ketahui. Kita sering hanya mengartikan kata eling yang berarti ingat. Mengacu makna di atas maka saat orang tidak berpikir sehat, tidak bijaksana, berlaku tidak pantas dan juga tidak ingat akan Tuhan Yang Maha Esa bisa dikategorikan tidak Eling.


Di saat jaman bebas di mana informasi datang bak air bah, sikap Eling menjadi penting. Eling membuat kita tidak hanyut, tetapi juga tidak lari dari realitas. Beberapa petuah untuk tetap Eling:

Eling kudu tansah semende marang pepesten.
Eling kudu tansah pasrah ing Allah.
Eling kudu rumangsa mung dadi titah.
Eling kudu rumangsa saderma nglakoni.
Eling kudu tansah sabar narima. Narimo ing pandum.
Eling kudu tansah lila legawa, bisa gawe seneng atine liyan.
Eling kudu mulat salira/tepa slira.
Eling kudu welas asih ing sapada - pada, nguwongke wong.
Eling kudu bisa ngregani marang liyan, sumanak lan sumadulur.
Eling kudu ngerti lan tansah nganggo tata krama, tata susila, unggah ungguh, tata basa.
Eling kudu tata, tangguh, tanggap, tanggon, alon - alon waton klakon.
Eling kudu taberi, nastiti, ngati - ati, tlaten.
Eling kudu tansah ngugemi janji, ora mencla - mencle.
Eling kudu seneng tetulung, seneng dedana marang kang merlokake.
Eling aja nganti lali marang Gusti Allahe.
Eling aja gawe seriking liyan.
Eling aja kumentus, umuk, keminter, arep menange dewe.
Eling aja dumeh, sumakeyan, adigang, adigung, adiguna.
Eling aja nguthuh, mbeguguk nguta waton, srakah, dremba, kemaruk, aluamah, ngangah angah, ngaji mumpung.
Eling aja gampangan, gumunan, bingungan, gampang gumuyu.
Eling aja ngaya, ngangsa, nggresula.
Eling aja kurang ajar, dahwen, juweh, drengki, srei, jahil metakil.
Eling aja ma lima, madat, main, madon, mangan, maling.
Eling aja nganti kliwatan seneng, kliwatan susah utawa samubarang kang kliwat wates.
Eling aja gawe kapitunaning liyan, clemer, colong jupuk, laku juti, ngapusi.
Eling aja grusa - grusu, aja briga brigi, ngawur.
Eling aja dadi tukang goroh, cidra janji, ngapusi, mlincur.
Eling sing sapa ngapusi bakal kaweleh.
Eling wong urip bakal mati.
Eling sing sapa nandur bakal ngunduh.
Eling sing sapa salah mesti bakal seleh, sing goroh growah.
Eling sing becik bakal ketitik sing ala ketara.
Eling wong urip kudu samad sinamadan.
Eling jer basuki mawa beya.


Cetak Halaman Ini

Senin, 09 Februari 2009

Radio Bahasa Jawa di Suriname




Masih ingat tentang saudara - saudara kita yang dibawa oleh penjajah Belanda ke Suriname untuk bekerja rodi? Saudara - saudara kita itu saat ini telah berkembang menjadi bagian masyarakat Suriname yang cukup penting. Buktinya banyak jabatan pemerintahan yang cukup penting telah berhasil diduduki.


Selain mengembangkan kemampuan berpolitik mereka tidak melupakan budaya jawa. Ada wayang, kuda lumping, dangdut dan macam - macam budaya jawa yang tetap diuri - uri. Selain berkesenian secara tradisional mereka juga tidak mau ketinggalan dengan yang modern. Di sana ternyata ada Radio dan Televisi berbahasa Jawa.

Namanya RTV-Garuda. Menunjuk namanya, Garuda dengan simbol burung, nampaknya ingin tetap memperlihatkan keterkaitan mereka dengan kita, orang Jawa yang di Indonesia. Memang bahasa yang digunakan tidak semua bahasa Jawa, campuran dengan bahasa Belanda.

Jika tertarik untuk mendengarkan siaran radio Garuda Suriname klik aja alamat di samping( rtv-garuda) Live Radio. Pada saat siang hari di Indonesia biasanya di sana sudah malam bahkan menjelang pagi. Acaranya Panglipur Ati yang berisi lagu - lagu Jawa, keroncong atau lagu pop Indonesia. Penasaran ingin mendengar suara mereka? Klik aja video di bawah! Judul lagunya Ngapuro yang menyanyikan namanya mbakyu Rinette Tasleman. Nikmat juga di telinga. Selamat mendengarkan!



Cetak Halaman Ini

Ramalan Jayabaya : Info Buku


"Besuk jen wis ana kereta mlaku tanpa djaran. Tanah Djawa kalungan wesi. Prau mlaku ing awang - awang; kali ilang kedunge, pasar ilang kumandhange. Iku tanda jen tekane Djaman Djojobojo wis tjedak."

Tentu kita tahu asal kutipan itu. Ya Ramalan Jayabaya. Ada yang menyebut Jangka Jayabaya. Raja Kediri yang termasyur yang bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Sri Warmeswara Madhusudanawartanindita Parakrama Digyottunggadewa

yang memerintah antara tahun 1135 - 1157 tarkh Masehi. Berdasarkan kepercayaan Jayabaya seorang Maharesi yang suci.

Banyak ramalannya tentang tanah jawa kemudian menjadi nyata. Seperti kutipan di atas bagaimana keadaan saat ini. Kreta sebagai alat angkut jika dulu harus ditarik kuda sekarang digerakkan oleh mesin, juga seluruh tanah jawa telah terhubung oleh rel kereta api yang digambarkan sebagai "kalung wesi" dan juga pesawat terbang, yang digambarkan sebagai "prau mlaku ing awang - awang". Banyak lagi ramalan yang banyak dihubung - hubungkan dengan situasi jaman saat ini dan nampak cocok. Maka tak salah jika kita juga mencari tahu, seperti apa selengkapnya.

Ada banyak buku tentang ramalan Jayabaya ini. Di antaranya 3 buku kecil ini yang bisa dibaca untuk menambah wawasan kita :
1. Serat Jayabaya
Buku kecil berukuran 11 x 17 cm ini berisi Serat Jayabaya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dra. Astuti Hendrato. Diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka Jakarta tahun 1999.
2. Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya
Buku kecil yang berukuran sama, ditulis oleh D.Soesetro dan Zein al Arief yang diterbitkan oleh penerbit Media Pressindo Yogyakarta. Di dalam buku ini dipaparkan lebih jauh tentang ramalan Jayabaya dari ramalan tentang si cebol wiring kuning, menunjuk pada kedatangan penjajah Jepang sampai dengan datangnya hari kiamat.
3. Relevansi Ramalan Jayabaya dengan Indonesia Abad XXI.
Buku ini ditulis oleh Hidayat Yoedoprawiro seorang ahli metafisika asal Semarang. Di dalam buku ini diuraikan lebih luas akan relevansi ramalan Jayabaya dengan bangsa Indonesia secara umum. Banyak hal yang terjadi dengan bangsa Indonesia telah diramalkan oleh Jayabaya. Mungkin kita dapat belajar dari situ untuk membuat Indonesia menjadi makmur dan terhindar dari kerusuhan, peperangan dan kehancuran.

Anda tertarik untuk membaca?


Cetak Halaman Ini

Rabu, 04 Februari 2009

Mikul Dhuwur Mendhem Jero

harafiah : Memikul tinggi memendam dalam
Mikul : Memikul
Dhuwur : Tinggi
Mendhem : Memendam, menanam
Jero : Dalam

Arti yang tersirat :
Menjunjung tinggi kehormatan orang tua. Ungkapan ini mengharapkan setiap anak wajib menjunjung tinggi kehormatan orang tua atau menjaga nama baik orang tua.


Nilai apa yang diajarkan:
Ungkapan ini mengandung nilai pendidikan yang intinya mendorong anak agar berbakti dan menghormati orang tuanya. Aib dan cela orang tua harus dilindungi agar orang lain tidak mengetahui. Lebih - lebih jangan sampai si anak menyebabkan aib dan cela bagi orang tuanya tersebar luas kepada orang lain.

Dalam adat yang berlaku, bila orang tua meninggal, anak - anaknyalah yang pertama - tama wajib mengusung petih jenasahnya serta bertanggungjawab secara menyeluruh terhadap proses penguburannya. Usungan diharapkan dapat dipikul setinggi mungkin agar tidak tersangkut pagar/tanaman lain. Inilah maksud ungkapan "dipikul dhuwur". Kemudian jenasah harus dikubur sedalam mungkin agar tidak mudah dibongkar atau dimakan binatang buas atau juga jangan sampai bau busuk keluar mengganggu orang lain.

Maka dalam kehidupan di masyarakat diharapkan setiap orang berusaha senantiasa menjaga nama baik atau kehormatan orang tuanya. Harapannya si anak dapat hidup sukses sehingga nama orang tua juga akan ikut terangkat "mikul dhuwur mendhem jero".

Ungkapan yang bermakna hampir sama :
Nyuwargaake wong tuwo artinya membahagiaakan orang tua.


Selasa, 03 Februari 2009

Kata - Kata Mutiara Jawa.

Seperti yang kita tahu dalam bahasa Jawa banyak kata - kata mutiara/ungkapan yang bermakna agung. Kata - kata mutiara/ungkapan ini sebetulnya cermin bagaimana orang jawa menghadapi hidup. Dalam tulisan ini saya akan tulis secara bersambung oleh sebab sangat banyak kata - kata mutiara dalam bahasa jawa yang mempunyai arti yang luhur.


"Ngiloa Githoke Dhewe"


Arti harafiah : Bercerminlah pada tengkuknya sendiri.
Ngilo : bercermin
Ngiloa : bercerminlah
Githok : tengkuk
Githoke : tengkuknya
Dhewe : Sendiri.

Arti yang tersirat :
Kita diajak untuk melihat dan mengetahui tentang diri kita lebih jauh. Selain ada kebaikan ada juga kekurangan dan kelemahannya. Kita diajak untuk menyadari akan kekurangan dan kelemahan kita sendiri.

Nilai apa yang diajarkan :
Ungkapan ini mengajarkan agar setiap orang mau mawas diri. Mawas diri merupakan dapat menyebabkan orang mengetahui bahwa manusia dirinya juga pernah mempunyai kekurangan, dan kelemahan. Kalau orang sudah menyadari kekurangannya, maka pada dirinya pasti tidak terdapat perasaan lebih tinggi dari orang lain. Hal itu pada gilirannya pasti dapat menyebabkan sikap rendah hati, bertenggang rasa dan mudah untuk memberikan pengampunan bagi orang yang bersalah kepada kita.

Latar belakang sejarah/falsafah :
Tuhan selalu suci dan benar, tetapi manusia mahluk yang paling dicintai oleh Tuhan, selalu mempunyai kecenderungan berkelakukan bertententangan dengan sifat Tuhan.Kala kita merefleksikan diri sebenarnya keadaan kita masing - masing tentu sama saja dengan orang lain yaitu selalu cenderung berbuat dosa meskipun dosa kita berbeda jenis antara orang yang satu dengan orang yang lain.

Beberapa ungkapan yang hampir bermakna sama yaitu :
Aja metani alaning liyan
Aja ngetung becike dewe.

( dari berbagai sumber )


Cetak Halaman Ini